Beranda | Artikel
 Jangan Meremehkan Maksiat Kepada Allah
Rabu, 27 Juni 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Yahya Badrusalam

Jangan Meremehkan Maksiat Kepada Allah ini merupakan khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor. Mari kita simak dan download mp3 khutbah Jumat ini, semoga bermanfaat.


Khutbah Jum’at Pertama Tentang  Jangan Meremehkan Maksiat Kepada Allah

Sesungguhnya disana ada hamba-hamba yang Allah ingikan kebaikan untuknya. Dan tentunya seorang mukmin berusaha untuk menjadi hamba-hamba tersebut. Hamba-hamba yang Allah inginkan kepadanya kebaikan.

Siapakah mereka?

Pertama, orang-orang yang diberikan oleh Allah khusnul khotimah (wafat diatas kebaikan). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إذا أراد الله بعبد خيرا استعمله قيل : ما يستعمله ؟ قال : يفتح له عملا صالحا بين يدي موته حتى يرضي عليه من حوله

Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, Allah jadikan ia beramal.” Lalu para sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud dijadikan dia beramal?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dibukakan untuknya amalan shalih sebelum meninggalnya sehingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridha kepadanya.” (HR. Ahmad)

Sungguh ini merupakan cita-cita setiap mukmin. Kita ingin wafat diatas khusnul khotimah. Kita khawatir jika kita wafat diatas su’ul khotimah. Karena sesungguhnya yang dilihat itu adalah akhir umur kita. Sekarang Allah berikan kekuatan untuk mentaati-Nya, kekuatan untuk menuntut ilmu Allah subhanahu wa ta’ala, tentu ini adalah kebaikan. Akan tetapi, kewajiban yang kita fikirkan adalah bagaimana supaya kita istiqomah sampai akhir hayat kita. Terkadang ada orang yang ketika diawal hijrahnya dia rajin mengaji, rajin menghadiri majelis ta’lim, rajin beramal shalih, namun ternyata dia terkena fitnah dunia, penyakit syahwat dan hawa nafsu lalu ia pun mengikuti hawa nafsunya. Kemudia ia terhempas kedalam jurang syahwatnya dan wafat diatasnya. Nas’alullah as-Salamah wal ‘Afiyah (hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala kita memohon keselamatan).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

…فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الجَنَّةِ حَتَّى لاَ يَكُونُ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُ النَّارَ…

…Sungguh ada salah seorang diantara kalian yang melakukan amalan-amalan penghuni surga hingga tak ada jarak antara dia dan surga selain sehasta, namun kemudian takdir telah mendahului dia, lantas ia pun melakukan amalan penghuni neraka dan akhirnya masuk neraka…” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mengapa demikian saudaraku?

Karena ia tidak bersaha  untuk menjaga keistiqomahannya. Dia tidak berusaha untuk menjaga ketakwaannya. Dia tertipu dengan banyaknya amal. Dia tertipu dengan kesalihannya. Dia menjadi orang-orang yang kemudian menganggap remeh maksiat. Hal ini karena ia merasa bahwa ia telah banyak beramal shalih. Ia tidak bersungguh-sungguh menjaga hidayah yang telah Allah berikan kepadanya, sehingga Allah mencabut kebali hidayah tersebut karena ternyata hatinya tidak cocok untuk mendapatkan hidayah.

Maka kewajiban seorang mukmin berfikir keras. Bagaimana agar ia istiqomah dan diberikan oleh Allah khusnul khotimah. Diantara caranya adalah kita berusaha untuk beramal shalih bukan hanya sebatas dihadapan manusia, tapi juga ketika kita sendirian. Kita berusaha jangan sampai tertipu dengan banyaknya amalan kita. Kita berusaha senantiasa menjaga ketakwaan kita sebagaimana Allah berfirman:

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran[3]: 102)

Ayat ini memerintahkan kita untuk menyingsingkan lengan kita dan bersungguh-sungguh dalam menjaga keimanan dan ketakwaan kita. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang menganggap remeh maksiat. Jangan sampai kemudia kita pun menjadi orang-orang yang tidak takut kepada Allah disaat sendirian. Sebagaimana disebutkan didalam riwayat Abu Dawud, kata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam:

« لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا ».

Niscaya aku akan melihat beberapa kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan kebaikan laksana gunung-gunung Tihamah yang putih, kemudian Allah Azza wa Jalla menjadikannya debu yang beterbangan”.
Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka kepada kami, agar kami tidak menjadi bagian dari mereka sementara kami tidak tahu,” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ketahuilah, mereka adalah saudara kalian, satu bangsa, dan bangun malam sebagaimana kalian. Tapi jika mereka menyendiri dengan larangan-larangan Allah, mereka melanggarnya

Inilah gambaran orang yang sebenarnya tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Dia hanya merasa takut kepada cemoohan manusia. Sedang ketika dia sendirian, dia menjadi orang yang sangat tidak takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Itulah saudaraku, diantara sebab yang menyebabkan seseorang tidak bisa istiqomah diatas hidupnya. Sehingga akhirnya hidayah yang telah Allah karuniakan kehatinya tersebut tak lagi bermanfaat untuk hatinya. Maka jangan salahkan jika Allah kembali mengambil pemberian hidayah tersebut.

Khutbah Jum’at Kedua Tentang  Jangan Meremehkan Maksiat Kepada Allah

Ada sebuah pintu setan yang menyebabkan kita mudah jatuh kepada kemaksiatan dan tidak bisa istiqomah. Yaitu menganggap remeh dosa-dosa dan menganggap remeh amalan ketaatan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إن الشيطان قد يئس أن يعبد بأرضكم هذه، ولكن قد رضي بما تحقرون من أعمالكم

Sesungguhnya setan sudah merasa putus asa untuk disembah dinegeri kalian ini. Akan tetapi setan merasa ridho dari apa yang kalian anggap remeh dari amalan kalian.” (HR. Ahmad)

Dari hadits di atas kita tahu bahwa setan berusaha agar kita meremehkan maksiat. Ketika maksiat telah remeh dimata kita, kita akan berani berbuat maksiat. Ketika amalan shalih kita anggap remeh, itu tandanya kita akan meninggalkan amalan tersebut.

Oleh karena itu Ibnu Mas’ud berkata bahwa “Seorang mukmin apabila ia melakukan dosa yang kecil, ia merasa seakan-akan gunung akan menimpa dirinya. Sedangkan orang munafik, apabila ia melakukan dosa yang besar, maka seakan-akan lalat yang lewat dihadapan hidungnya.”

Seorang mukmin merasa takut dengan dosa-dosanya. Seorang mukmin tidak pernah sedikitpun menganggap remeh maksiat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sekecil apapun. Karena sesungguhnya maksiat-maksiat itu, barangkali Allah sesatkan seorang hamba akibat perbuatannya tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله , لا يلقي لها بالا , يرفعه الله بها درجات , و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله , لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم

Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Maka jangan kita menganggap remeh kemaksiatan dan jangan pula kita menganggap remeh sedikitpun ketaatan. Kita wajib untuk bersungguh-sungguh dalam hidup kita. Sebagaimana kita bersungguh-sungguh mencari dunia, maka kitapun harus bersungguh-sungguh mencari akhirat. Karena itulah kebahagiaan yang hakiki bagi seorang hamba.

وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ ﴿١٧﴾

Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’la[87]: 17)

Download dan simak mp3 khutbah jum’at tentang  Jangan Meremehkan Maksiat Kepada Allah


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/31351-jangan-meremehkan-maksiat-kepada-allah/